Olahraga Esports https://rp8888cuan.com/ tengah digandrungi selama beberapa tahun terakhir. Kepopulerannya membuat beberapa negara mendirikan sekolah atau akademi untuk para pelatih atau guru dan murid mengembangkan komunikasi, strategi, dan lainnya untuk pertandingan game tertentu.
Namun, hal ini bisa jadi masalah besar jika salah satunya melakukan hal tidak terpuji. Salah satunya adalah guru Esports ini yang tiba-tiba ingin menuntut muridnya. Lho, kenapa ya?
Melalui NBC Montana, Stuart Simpson selaku guru esports di Jonesboro, kota Arkansas, Amerika Serikat menuntut salah satu muridnya gunakan kartu kreditnya dan lakukan beberapa pembelian game tanpa izin darinya.
Tepatnya di bulan November, Simpson merasa bingung setelah menyadari adanya pembelian PlayStation senilai ribuan Dolar, yang diduga dilakukan oleh salah satu muridnya.
Dalam tuntutannya, Simpson berkata muridnya tak dapat membeli langganan PlayStatiion Plus yang diperlukan untuk mengakses game gratis dan bermain online. Jadi, ia memasukkan data kartu kreditnya ke akun PS muridnya dan membelikan langganan selama tiga bulan.
Bukannya menikmati akses tersebut, murid itu malah gunakan kartu kreditnya untuk membeli video game tanpa seizin dirinya. Karena hal ini, Simpson yang sudah mengajar esports selama 14 tahun memutuskan menghapus semua data kartu kreditnya dari akun muridnya lewat situs resmi PlayStation.
Setelah diperiksa, ada total 1.056 Dolar (sekitar 16 juta Rupiah lebih) dalam tagihan pembelian akun murid tersebut, dan Simpson mengklaim semua itu dilakukan di konsol PlayStation muridnya.
Tidak jelas apakah murid itu membeli item in-game atau beberapa game, bagaimanapun juga Simpson tidak senang akan hal tersebut dan menghubungi perusahaan kartu kreditnya agar tagihannya dicabut.
Meski uang telah dikembalikan, Simpson tetap hubungi pihak berwajib dan membuat pengaduan tuntutan resmi. Saat artikel ini ditulis, polisi telah mengirim laporannya ke departemen remaja tanggal 14 November lalu dan kasus ini tengah diselidiki. Bagaimana tanggapanmu mengenai ini, Brott?
No Comments